Slash, Sebuah Pengantar Bagian Ketiga

Di tulisan yang merupakan penutup rangkaian tulisan tentang slash ini saya akan meneruskan kajian slash dari sisi jender, kritik tentang slash dan (tidak adanya?) slash di Indonesia.

Fans dan kaum akademisi sepakat bahwa slash merepresentasi cara berpikir dan menulis ulang maskulinitas tradisional. Daya tarik slash di antaranya terletak pada penempatan tanggung jawab emosional pada pria untuk mempertahankan hubungan ketika di dunia nyata pria biasanya menghindarinya (pria, antonimnya adalah komitmen, begitulah). Slash mengangkat isu tentang tekanan sosial yang menghalangi keintiman di antara pria. Kemudian, slash merupakan bentuk kritik atas maskulinitas tradisional atau menjadi visi utopis sebuah kontinum homososial-homoerotik pria. Slash mengguncang ide konvensional tentang maskulinitas dengan memunahkan penghalang yang menghambat realisasi hasrat homoseksual, slash menguak sisi erotis persahabatan antarpria, mengkonfrontasi ketakutan yang mencegah pria mencapai keintiman. Tidak heran bila penulis slash banyak dari kaum wanita karena konsep kontinum antara ikatan homososial dan homoseksual antarperempuan tidak sedikotomis pada lelaki (gampangnya, dua wanita yang tampak lekat cenderung tidak dicap homoseksual dibanding dua lelaki yang intensitas kelekatannya sama).

Bacon-Smith berpendapat bahwa wanita menulis slash karena kultur meremehkan kepribadian wanita sehingga wanita tidak bisa membayangkan dirinya sebagai karakter heroik kecuali mereka berimajinasi sebagai pria. Pendapat tersebut diperkuat oleh Shoshanna Green, Cynthia Jenkins and Henry Jenkins. Mereka menyebut beberapa alasan untuk mengidentifikasi diri dengan tokoh pahlawan pria: ia adalah tokoh utama dan ia melakukan hal yang menarik dan menikmatinya. Sedangkan alasan untuk tidak mengidentifikasi diri dengan tokoh pahlawan wanita: pahlawan wanita tidak berharga untuk diidentifikasi dan kalaupun berkarakter tangguh, seringkali ia menggunakan tipu-tipu femininnya. Jadi wanita lebih ingin menjadi tokoh pahlawan pria, si pahlawan pria ini punya teman pria dan berikutnya mereka saling tertarik karena kepribadian masing-masing. Terciptalah formula yang dinamakan slash.

Pakar fiksi fans perintis seperti Joanna Russ, Patricia Frazier Lamb, Diana Veith dan Constance Penley berargumen bahwa wanita yang menulis slash punya agenda feminis, yakni mencoba menantang ketidaksetaraan jender heteroseksual yang biasa ada dalam literatur romantis. Veith dan Lamb secara khusus menyoroti tentang androgynitas dalam slash, yaitu karakter pria yang kerap digambarkan merupakan kombinasi dari sifat maskulin dan feminin menurut stereotipe budaya Barat atau dengan kata lain ada perpaduan jender. Contohnya, karakter pria yang tangguh, tapi lembut pada kekasihnya. Banyak fans slash berpendapat bahwa gambaran perpaduan jender pada suatu tokoh itu erotik. Kalau Anda menyukai gambar iklan pria kekar sedang memeluk bayi mungil, Anda pasti paham apa daya tariknya. Perpaduan jender tersebut tidak menunjukkan upaya untuk membalikkan konstruk jender konvensional, melainkan sebaliknya.

Sementara Catherine Salmon dan Don Symons menyatakan bahwa slash mirip dengan novel roman arus utama. Kemiripannya antar lain slash intinya adalah kisah cinta dan berakhir dengan bahagia. Walau slash lebih banyak mengandung adegan seks eksplisit dibanding novel roman, adegan seks itu fokusnya lebih ke sisi emosional dan penggunaannya sesuai plot. Slash tampaknya bukan tentang homoseksualitas pria sama sekali, melainkan fantasi perempuan tentang seks heteroseksual diwujudkan seolah dalam tubuh pria. Hal yang mirip lainnya adalah tema tentang eksklusivitas dan kecemburuan seksual. Disebutkan pula pesona slash adalah kombinasi roman tradisional wanita dengan persahabatan pria, petualangan dan pengambilan resiko.

Reaksi orang terhadap slash beragam, mulai dari bingung, terhibur, sampai menuduh penggemar slash sebagai makhluk sesat. Fans slash juga dituduh sebagai eskapis, menolak tunduk pada kepatutan masyarakat dan dianggap mengancam heteroseksualitas. Orang yang mengkritik slash sering berargumen bahwa ada kemungkinan cerita homoseksual macam itu tak baik pengaruhnya buat anak-anak yang bisa menemukannya dengan gampang di internet. Kritik terhadap slash juga muncul dari kalangan sesama fans yang tidak suka karakter pujaannya ditulis sebagai homoseks. Kritik tersebut menampakkan kepanikan terhadap homoseksual yang ada dalam masyarakat. Muncul pula dorongan agar penulis slash berupaya menggambarkan “pria nyata” dalam slash, termasuk budaya gay dan seks gay yang realistis. Namun, beberapa penulis slash tidak setuju. Alasannya, menulis tentang kehidupan gay yang “realistis” bukan tanggung jawab mereka. Barangkali ada semacam “pendekatan turis” dalam slash, yaitu seseorang merasa lebih bebas berperilaku beda di tempat yang tidak langsung relevan dengan kesehariannya dan di mana penanda tempat itu meski tidak berbeda sekali cukup untuk digeser buat menciptakan persepsi baru. Dengan kata lain, dunia gay dianggap menjadi “tempat wisata” bagi penyuka slash, yang tidak mesti diceritakan dengan realistis.

Sebagai penutup, saya sampaikan bahwa pembahasan dan penelitian tentang slash di atas adalah berlatar budaya Barat. Terus terang selama saya bergumul dengan slash belum pernah saya jumpai rekan senegara di dunia (maya) slash, hanya satu orang teman sekampus saya yang akrab dengan slash. Kami berdua menulis beberapa cerita Lord of The Rings versi slash tapi tak pernah dipublikasikan di internet. Saya jadi bertanya-tanya, apakah slash tidak eksis di Indonesia? Sejauh pengamatan saya, di internet saya juga jarang menemukan fiksi fans karya orang Indonesia, walau saya yakin ide untuk menulis berdasarkan karya tertentu bukan monopoli orang Barat. Entah itu tidak terpublikasikan (untuk fiksi fans) atau memang perempuan kita masih terikat budaya tradisional yang kuat sehingga enggan menulis fantasinya tentang percintaan gay (untuk slash), kurangnya wilayah jelajah saya, atau ada alasan lain lagi, saya tidak tahu.

Sumber:
Dari berbagai sumber.

Published in: on 11 Februari 2009 at 3:54 pm  Comments (5)  
Tags: ,

The URI to TrackBack this entry is: https://vitasexualis.wordpress.com/2009/02/11/slash-sebuah-pengantar-bagian-ketiga/trackback/

RSS feed for comments on this post.

5 KomentarTinggalkan komentar

  1. saya suka dgn blog Anda ini, mbak/mas Oryn, krn seksologi disampaikan dgn bahasa yg mudah dicerna dan tidak bikin jengah.
    tentang slash di indonesia.
    nampaknya Anda perlu berkunjung ke fanfiction.net (atau livejournal, dsb). Anda akan menemukan puluhan fiksi slash yang ditulis perempuan (saya yakin, 99% penulisnya adalah perempuan) Indonesia. bahkan ada beberapa penulis yang mengaku sama sekali tidak tertarik untuk menulis fiksi yang bukan slash. saya sendiri pernah menulis fiksi slash.

    selamat menjelajah, saya tunggu analisa dan tulisan Anda 🙂

    • Terima kasih komentarnya.

      Saya sendiri baru meramban ke FF.net dan beberapa forum di mana saya temui ada orang Indonesia yang menulis fiksi slash. Terus terang selama bergelut di dunia fan fiction saya memang belum banyak mengeksplorasi karya penulis Indonesia (barangkali karena fandom yang diminati berbeda, saya biasa membaca fiksi SPN, LOTR dan The Magnificent Seven).

  2. terus terang, ada yg lucu dari fandom LOTR di ff.net. terakhir kali saya cek, LOTR bukan termasuk fandom yang populer di Indonesia karena jumlah fan fiction berbahasa Indonesia di fandom ini hanya 1, dan itupun SLASH! hahaha…
    oh ya, sembari menunggu tulisan Anda tentang fan fiction slash di Indonesia, boleh saya baca karya2 fan fiction Anda? 😉 apa pen name Anda?

    • Barangkali karena fandom yang saya geluti tidak begitu populer di Indonesia itulah yang menyebabkan saya berasumsi bahwa slash di Indonesia masih minim.

      Saya belum pernah mempublikasikan fan fiction yang saya tulis, saat ini saya baru berencana untuk memasukkannya ke FF.net. Nanti bila sudah terpublikasi, akan saya kabari. Nama penanya sama dengan nama yang saya pakai di blog ini. Anda sendiri suka dengan fandom apa?

  3. saya cukup aktif di fandom Naruto dan His Dark Materials. mampirlah ke account saya di ff.net (malah promosi :D)pen name ada di tulisan kecil di atas komentar ini.

    saya tunggu tulisan dan fan fiction Anda 😉


Tinggalkan Balasan ke konohafled Batalkan balasan